Kebanyakan orang menganggap
kegiatan naik gunung adalah kegiatan yang bodoh, gila, mencari kematian, bikin
susah, capek, dan banyak sebutan lain dari orang orang awam yang sebenarnya
belum mengerti akan tujuan naik gunung.
Pernahkan kita berfikir bahwa
menuju puncak gunung memerlukan proses yang panjang, susah, dan melelahkan
namun dibalik semuanya itu tersimpan banyak hikmah yang dapat diambil untuk
lebih mengenal akan hakikat kehidupan?
Pada awalanya mencapai puncak gunung merupakan kepuasan pribadi yang tak
bisa dijelaskan dengan kata-kata
sebenarnya para pendaki gunung itu seperti
seorang pemimpi yang haus untuk menggapai mimpinya, sehingga saat
mimpi-mimpinya terwujud ada rasa bahagia dan kepuasan yang begitu besar dan
seolah tak dapat diungkapkan atau ditukar dengan apapun. Gunung yang
tinggi menjulang mengajarkan kita selayaknya pikiran kita harus tetap mengarah
ke atas, ke puncak mimpi mimpi kita dan bagaimana cara kita untuk menggapainya
tetapi jangan sampai lupakan untuk kembali menengok ke bawah, jalan yang telah
kita lalui, semua cerita kenangan dahulu yang mampu memberi kita pelajaran
bagaimana kita dapat melalui jalan yang kita arungi saat ini. Dapat juga dikatakan bahwa seorang pendaki sebenarnya
hampir sama dengan para pejelajah atau para penemu seperti Colombus, Amerigo
Vespuci atau Vasco da Gama yang berani menjelajah hanya sekedar untuk menjawab
rasa ingin tahunya.
Gunung adalah tempat belajar yang baik untuk kita, mengasah
pribadi dan menemukan hakekat diri”. Karena dengan begitu mereka akan tahu bahwa dirinya
tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan alam apalagi Tuhan. Gunung juga dapat
member gambaran kepribadian orang, Melalui kegiatan mendaki gunung, kita akan
mampu mengenali pribadi teman yang sebenarnya. Sebab, ketika kita mendaki
gunung, beberapa karakter pribadi orang yang sebenarnya akan nampak karena
situasi yang sedang dihadapi. Misalnya: Kelelahan, kedinginan, kehabisan bekal
makanan atau air, terjebak badai, tersesat, mengalami musibah kecelakaan, ada
teman yang sakit, atau bahkan karena gagal sampai ke puncak. Ada yang
jujur/tidak jujur, ada yang setia kawan/ tidak setia kawan, ada yang
egois/tidak egois, ada yang teliti/ceroboh, ada yang sombong/rendah diri, dll.
Karena itu dengan kegiatan mendaki gunung, kita akan bisa lebih mengenal
karakter pribadi seseorang yang sebenarnya.
Dengan mendaki gunung, paling tidak kita akan mampu
mengetahui bahwa kita hanyalah seperti seekor semut yang merayap lamban di
tengah luasnya hutan. Kita hanya mahluk biasa yang tak berdaya jika berada di
alam bebas, tidur di tanah, minum air mentah, berlindung dari dinginnya udara,
tak berdaya di tengah kabut atau tak berkutik jika tersesat dan kehabisan
bekal. Itulah kita, manusia yang sebenarnya, tak berdaya di tengah alam,
apalagi untuk melawannya. Lalu apalagi yang kita sombongkan, melawan alam saja
tidak berdaya apalagi melawan kekuasaan sang pencipta alam. Dan ketika kita
semakin sering melakukan pendakian dengan niat dan tujuan demikian, maka bahkan
tanpa kita sadari sekalipun, perlahan lahan, keheningan dan kesunyian
pegunungan mengantarkan kita kian dekat dengan kerinduan kepada Sang Khalik,
Allah SWT, Tuhan Sang Pemilik Jagad Semesta :)
Puncak Kenteng Songo, Gn Merbabu
Sabana 2 , Gn Merbabu
Puncak Lawu